Harga SSD akhir-akhir ini terus merosot turun. Di Indonesia, kita
sudah bisa mencapai harga 1 US$ per GB. Sudah semakin murah dan
terjangkau.
Dalam beberapa artikel terdahulu, kita sudah melihat bagaimana SSD bisa meningkatkan performa notebook kelas menengah ke atas. Bahkan, sebuah notebook lawas dengan dengan prosesor Core i5, bisa ditingkatkan juga performanya, secara signifikan, dengan bantuan SSD.
Dari pengamatan kami, efek dari peningkatan performa pada SSD ini cukup bergantung pada performa sistem juga. Sistem yang kencang, akan menikmati peningkatan performa
yang signifikan apabila di-upgrade dari HDD ke SSD. Namun, bagaimana
dengan sistem dengan prosesor entry level atau ekonomis? Pertanyaan yang
sering dilontarkan kepada kami adalah, “Apakah SSD bisa meningkatkan performa notebook murah?”
Notebook Murah: ASUS X44H
Perkenalkan notebook murah yang akan menjadi kelinci percobaan kita kali ini, ASUS X44H. Notebook kelas 3 jutaan rupiah ini hadir dengan prosesor Celeron B830 (1,8GHz), RAM 2GB, dan HDD 500GB. Spesifikasi yang cukup rendah, bukan?
SSD: Intel SSD 330 Series 120GB
Memang, SSD ini bukan yang paling murah. Intel SSD 330 series
adalah SSD kelas entry level versi Intel yang kini dijual di pasaran
dengan kisaran 1,1 juta rupiah. Untuk SSD berkapasitas 120GB SATA-III
dengan memori sync, SSD ini adalah salah satu yang termurah (atau bahkan yang paling murah?).
Proses Upgrade: Sederhana
Banyak yang mempertanyakan, apakah sebuah SSD itu kompatibel dengan notebook-nya?
Pada dasarnya, kompatibilitas konektor bukanlah masalahnya. Yang
menjadi masalah adalah ketebalan harddisk yang digunakan. Apabila notebook tersebut membutuhkan drive dengan ketebalan 7 mm, pilihan SSD Anda akan sangat terbatas. Akan tetapi, dalam hal notebook yang kami uji, tidak ada masalah tersebut. ASUS X44H menggunakan HDD dengan ketebalan 9mm. Jadi, Intel SSD 330 Series dapat langsung menggantikannya.
Pengujian
Untuk menguji sejauh mana peningkatan performa yang diberikan dengan upgrade dari harddisk ke SSD pada notebook ASUS X44H ini, kami menggunakan OS Windows 7 dan pengujian sebagai berikut:
- Pengujian booting/restart Windows
- PCMark 7
- Adobe Photoshop CS6
Windows 7
Pengujian booting Windows 7 dilakukan dengan memperhitungkan waktu yang dibutuhkan dari sejak saat tombol power ditekan, hingga saat denting suara Windows terdengar.
Pengujian restart Windows 7 dilakukan dengan memperhitungkan waktu yang dibutuhkan dari sejak saat perintah restart diaktifkan (dalam kondisi Windows 7 idle), hingga saat denting suara Windows terdengar.
Hasil pengujian booting dan restart:
SSD tampak berhasil membuat notebook dengan prosesor Celeron ini
tampil lebih resonsif. Dengan proses booting hanya sekitar 13 detik dan
restart 25 detik, notebook ini tampil seperti sistem desktop yang
bertenaga. Setidaknya, pada saat Anda ingin menyalakannya, notebook akan
cepat siap untuk digunakan.
PCMark 7
Software pengujian berbentuk paket pengujian ini kami gunakan sebagai
acuan untuk performa aplikasi secara keseluruhan. Ada 3 skor yang kami
ambil untuk pengujian ini:
Skor Overall system performance PCMARK 7: Ini adalah skor yang valid secara umum untuk membandingkan performa antara semua sistem.
Skor Lightweight test: Ini adalah skor yang sedianya relevan hanya untuk sistem entry-level.
Skor Productivity: Ini adalah skor yang menggambarkan kinerja saat menggunakan aplikasi-aplikasi productivity sehari-hari.
Hasil PCMark 7:
Nilai pengujian keseluruhan menunjukkan peningkatan performa sekitar 64%.
Ini adalah peningkatan performa yang amat tinggi untuk PC. Sebagai
catatan, peningkatan performa dengan meng-upgrade prosesor ke seri di
atasnya, hanya berkisar 4%-10%.
Pada hasil pengujian Lightweight, terlihat peningkatan kinerja sekitar 127%, atau sudah lebih dari 2x lipat. Sementara untuk Productivity, peningkatan performa bahkan mencapai 148%! Tampaknya, notebook murah ini benar-benar berhasil kita “dongkrak” kinerjanya.
Adobe Photoshop CS6
Software yang satu ini gemar sekali menggunakan memori dalam jumlah
besar dan memiliki tendensi yang menyerupai software desain lainnya.
Selain itu, Photoshop juga merupakan salah satu software yang paling
banyak digunakan di dunia desain (dan fotografi). Oleh karenanya, kami
menggunakan software ini sebagai wakil software desain. Ada 3 macam
pengujian yang kami lakukan dengan Adobe Photoshop CS6:
Pengujian startup Adobe Photoshop CS6. Pengujian ini
dilakukan mencatat waktu yang dibutuhkan untuk menghidupkan PS CS6
pertama kali, hingga saat software ini sudah siap dioperasikan.
Pengujian membuka file besar dilakukan dengan membuka file foto berformat TIFF berukuran 950MB.
Pengujian performa keseluruhan dilakukan dengan
menggunakan action Speedtest yang sudah dimodifikasi oleh JagatReview
dan selalu kami gunakan untuk pengujian sistem lainnya.
Hasil pengujian Photoshop CS6:
Pernahkan Anda membayangkan bahwa Adobe Photoshop CS6 bisa langsung
terbuka dalam 4 hitungan saja? Ya, notebook dengan prosesor Celeron ini,
sekarang sudah bisa membuka Photoshop CS6 hanya dalam waktu 4 detik.
Ini berarti kecepatan responnya meningkat hingga 5x lipat lebih.
Untuk pengujian membuka file foto besar, SSD berhasil membuat notebook entry level ini bisa membuka file 950MB hanya dalam waktu 10 detik, atau lebih dari 4x lipat lebih kencang dibandingkan menggunakan harddisk
Pengujian performa dengan file JPEG memperlihatkan bahwa penggunaan SSD bisa meningkatkan performa hingga 2x lipat lebih.
Kesimpulan
Apakah notebook entry level masih bisa ditingkatkan performanya
dengan SSD, jawabannya adalah, YA. Sebuah notebook dengan harga kisaran
3jutaan, jika di-upgrade dengan SSD akan meningkat drastis performanya.
Hasil pengujian singkat kami menunjukkan peningkatan performa dengan
nilai yang fantastis.
Sekarang, pertanyaannya, apakah worthed kita meng-upgrade notebook
entry-level dengan SSD? Mari kita berhitung nilai positif dan negatif
dalam upgrade SSD kali ini:
Negatif:
- Harga total sistem menjadi berkisar 4 jutaan. Pada level
harga tersebut, kita sudah bisa membeli notebook dengan Core i3 (meski
dengan harddisk).
- Meski sistem meningkat drastis performanya, storage internal berkurang jauh.
Positif:
- Respons sistem yang kencang membuatnya nyaman dipakai sehari-hari.
- Performa komputasi meningkat drastis,
hingga ke level di mana upgrade prosesor pun tidak bisa menghasilkan
peningkatan setinggi yang diperoleh dengan SSD. Notebook ini,
“tiba-tiba” menjadi sistem yang nyaman untuk kebutuhan editing
multimedia.
- Storage internal memang berkurang, akan tetapi storage secara keseluruhan bertambah. Ini disebabkan Anda masih bisa menggunakan harddisk aslinya sebagai harddisk eksternal untuk menyimpan data-data besar.
- Notebook kini menjadi lebih tahan banting karena sifat SSD yang tidak rentan terhadap guncangan.
Nah, bagaimana ini? Semua kembali pada kebutuhan kita. Sebuah
notebook dengan Core i3 tentu memiliki performa komputasi yang berbeda
dan kemampuan multitasking lebih baik. Akan tetapi, SSD sudah sukses
membuat notebook murah ini menjadi sangat nyaman digunakan. Bahkan
notebook dengan Core i3 tidak sanggup melakukan booting Windows 7 atau
membuka file gambar berukuran besar, secepat X44H yang sudah diupgrade
dengan SSD ini. Akan tetapi, akan ada aplikasi-aplikasi yang diuntungkan
dengan prosesor Core i3. Contohnya, aplikasi konversi video, dsb.
Jadi, pada akhirnya akan ada dua kemungkinan yang bisa Anda pilih:
- Apabila Anda jarang membawa notebook dan masih mungkin bisa meng-upgrade notebook lagi dalam waktu dekat, hindari saja solusi ini dan ambil notebook Core i3. Lalu, menabunglah untuk membeli SSD dalam rangka meng-upgrade notebook Core i3 Anda.
- Bagi Anda yang membutuhkan fungsi mobilitas dari notebook ini, upgrade ke SSD akan memberikan pengalaman yang terbaik. Mobilitasnya menjadi terasa lebih aman. Mengangkat atau memindahkan notebook dalam kondisi hidup, tidak akan membahayakan data di dalam notebook. Mau mengetik di dalam kendaraan? Itu pun bisa dilakukan dengan aman setelah menggunakan SSD. Pada dasarnya, SSD berhasil dengan sukses membuat notebook murah ini menjadi jauh lebih fungsional sebagai sarana komputasi mobile.
Catatan: Perlu diingat, bahwa yang kami uji ini
adalah notebook, bukan netbook. Meski murah, Intel Celeron di dalam ASUS
X44H ini masih tergolong ke dalam prosesor Sandy Bridge. Hasil yang
kami peroleh di sini seharusnya tidak mencerminkan hasil yang bisa
diperoleh dengan netbook dengan prosesor yang jauh lebih lambat.